Rabu, 17 Agustus 2016

Memulai Smart City (3)

Apa sih ukurannya smart city ?
seberapa smart ?

Ukurannya :
*Kesiapan infrastruktur
*Penggunaan aplikasi yang mendukung operasional kota
*Pembentukan community
*Kolaborasi berbagai hal baru

Key Sukses Smart City:
* Pemimpin yang bervisi digital
* Jajaran SKPD yang menuangkan programnya dengan cara yang smart dan transparan.
* Mendidik masyarakatnya agar memanfaatkan teknologi yang disediakan agar kehidupannya lebih aman, nyaman dan berkesinambungan.




Minggu, 14 Agustus 2016

Jalan Sehat 5K BUMN @Surabaya


Apakah smart city melulu teknologi IT ? Tentu tidak.  Mengelola taman kota menjadi skate board dan bmx arena tentu juga bagian dari smart city. Membersihkan sungai menjadi nyaman untuk beraktivitas di atasnya juga bagian dari smart city. Mengelola lingkungan sehingga dapat menjadi wahana bagi warganya untuk berolahraga, jalan sehat misalnya, juga menjadi bagian dari smart city.

Iya, smart city adalah luas cakupannya, ya  IPOLEKSOSBUDHANKAMRATA --lah :)  Ketika kita bicara sungai, maka termasuk di dalamnya adalah mengelola air agar tidak banjir, mengkoordinasikan pembersihan sampah, mengelola daerah bantaran sungai dan memakmurkan warga sekitar sungai. Diperlukan cara smart, termasuk bagaimana memanusiakan warga dengan memberikan rumah di tempat yang lebih layak. 

Smart city adalah semua upaya yang membuat kehidupan warganya aman, nyaman, lebih efektif, efisien dan berkesinambungan dalam menempuh kehidupannya, termasuk menjaga kesehatannya. Menjadi efisien jika kesehatan kita jaga dengan jalan sehat di lingkungan yang terkelola dengan baik.

Sabtu, 13 Agustus 2016

Fiber Optik untuk Akses INTERNET

Pada saat penggunaan internet meningkat, maka yang dibutuhkan adalah infrastruktur yang bagus. Tembaga hanya mampu melewatkan data 64kbps melalui modem, selanjutnya dengan teknologi ADSL2+ tembaga mampu melewatkan data hingga 5Mbps. Namun dengan fiber optik, internet dapat dilayani hingga 100Gbps. Saat ini salah satu ISP di Indonesia sudah mampu menyediakan layanan 1Gbps, 5Gbps, hingga 10Gbps.

Modernisasi jaringan Lengkong Kertosono, dari tembaga ke fiber.



Modernsasi akses internet, dari kabel tembaga ke optik di Kediri.

Kamis, 11 Agustus 2016

Smart City Nusantara Award 2016


Smart City Nusantara (SCN) award diberikan oleh TELKOM kepada proponsi, kodya dan kabupaten yang telah siap menerapkan smart city dengan baik. Di tahun 2016, SCN award diberikan kepada DKI (tingkat propinsi), Bogor (tingkat Kotamadya) dan Kabupaten Kediri (tingkat Kabupaten). Award diberikan di Balaikota Bogor pada tanggal 11 Agustus 2016. Adapun kriterianya meliputi 4 hal: Connectivity, Content, Collaboration dan Community.  Para peraih award akan diberikan layanan sebagai berikut : 10 Access Point Wifi.ID Managed Service, Pustaka Digital, Udata Social Media Analytic dan QBaca CUG (Smart City Nusantara Community),



Gambar dari atas kiri : Mustika - Perwakilan Kab Kediri berbincang bersama Arya Bima - Walikota Bogor, Kadiskominfo Kota Bogor berbincang bersama GM Local Government TELKOM dan Mustika, GM Local Government - Mustika - GM Telkom Kediri.


Kabupaten Kediri memiliki 310 desa, dan alhamdulillah sudah terhubung dengan internet semuanya... sampai ke ujung dekat kawah Gunung Kelud.

Memulai Smart City (2)

Memulai Smart City ala Bogor

Pada tanggal 11 Agustus, TELKOM memberikan award kepada 71 pemerintahan yang telah memulai smart city. Untuk kategori Provinsi terpilih DKI Jakarta, untuk Kotamadya terpilih Bogor dan untuk Kabupaten terpilih Kediri. Adalah menarik ketika Walikota Bogor sebagai tuan rumah membahas bagaimana memulai smart city.  Link ini adalah rekaman paparan Arya Bima, walikota Bogor, yang memulai smart city dengan command center-nya lebih dulu.

Perkembangan masyarakat yang sedemikian pesat memaksa pemkot sebagai pelayan publik untuk bergerak cepat. Penting bagi kita untuk melakukan akselerasi. Harapannya adalah dengan teknologi. Tetapi kemudian pertanyaannya adalah sangat klasik... mulai dari mana ?




Pertama : Command Center, diyakini harus mulai dari rumahnya. Command Centernya dulu. Karena dari sini Walikota dan jajarannya memahami masalah kota. Command Center juga bisa diakses melalui gadget Walikota dan jajarannya. Setelah rumahnya ada, maka harus ada koneksi antara rumahnya dengan warga di lapangan, masalah terbesar sesuai dengan pelayanan publik yang paling dirasakan oleh masyarakat, kalau di Bogor adalah masalah kemacetan transportasi.

Yang kedua : sensing kemacetan angkutan jalan raya. Untuk mengatasinya kita "sensing" dulu, dimonitor. Akhirnya diputuskan pemasangan CCTV 24 jam. Pemantauan juga harus nyambung ke eksekusi di lapangan dengan DLLAJ dan Kepolisian.

Yang ketiga : transparansi fasilitas kesehatan. Berikutnya adalah kesehatan, kebutuhan tempat tidur, yang menyangga penduduk kabupaten. Butuh transparansi informasi kepada warga jumlah kamar yang tersedia. Sekarang jumlah kamar dipampang dan online bisa dilihat, per jenis kamar, agar warga bisa tahu.

Yang keempat : antisipasi bencana. Pembuatan KTP pohon yang memantau kesehatan pohon. Pohon ditandai dengan warna-warna yang menggambarkan kesehatan pohon.

Yang kelima : perijinan yang prosesnya transparan dan pasti waktunya. Sekarang bisa ditracking perijinan ada di meja siapa, ke depan semua bisa dikirim

Yang keenam : proses perencanaan dan transparansi anggaran. Serapan anggaran dan kondisi fisik pembangunan dapat dipantau oleh masyarakat.

Command Center Kota Bogor memiliki nama baru, SIMATA : Sistem Pemantauan Kota. Dengan TELKOM kita merah putih...



Rabu, 10 Agustus 2016

Memulai Smart City (1)

Pengantar

*draft*

Sebuah kota, sebagai area dengan komunitas yang banyak, tentu sudah memiliki sistem kehidupan. Mulai dari lalulintas, pendidikan, perijinan, tata ruang dan lingkungan, pemerintahan, kehidupan beragama, dan sebagainya. Sebuah multi sistem yang dijalankan oleh multi komunitas. Sistem ini tentunya telah berjalan, namun tantangannya adalah bagaimana sistem ini menjadi semakin efektif dan efisien sehingga penghuni kota merasa lebih aman, lebih nyaman dan kesinambungan kehidupannya semakin terjamin. Visi semacam ini dewasa ini dimasukkan dalam konsep yang dinamakan "smart city". Jadi smart city adalah sebuah kota yang kehidupan warganya menjadi lebih aman, lebih nyaman dan lebih berkesinambungan, dengan menerapkan "sesuatu" sehingga lebih efektif dan efisien. Smart city yang diterapkan di desa namanya menjadi smart village, yang diterapkan di kabupaten namanya menjadi smart region, yang diterapkan di provinsi namanya smart province, dan yang diterapkan oleh suatu negara kita sebut smart nations. Kalau kita balik, smart nations terdiri dari banyak smart province. Smart province terdiri dari banyak smart region, atau smart city. Smart city terdiri dari banyak smart village. Smart village terdiri dari smart cluster. Smart cluster terdiri dari beberapa smart family. Smart family meliputi smart people, smart home, smart tools, smart ....  dan semakin banyak smart yang ditempelkan.

Biasanya untuk kemudahan, smart city akan dikatikan dengan penggunaan teknologi IT. Mengapa demikian ? Karena yang mudah diukur. Akhirnya smart city ada yang mengukur dengan seberapa besar bandwidth internet yang digunakan oleh sebuah kota dan juga seberapa banyak aplikasi yang sudah dimiliki oleh sebuah kota. Walaupun ini tidak sepenuhnya salah, karena memang kebanyakan smart city mengandalkan teknologi IT untuk memudahkan kehidupan warganya, semoga nanti bahasannya bisa sampai ke sana.

Hal yang perlu dipertimbangkan adalah bahwa tidak semuanya membutuhkan teknologi canggih. Teknologi yang sudah ada, asalkan dapat diterapkan dengan baik juga akan membuat kota menjadi smart. Jadi teknologi tepat guna yang dibutuhkan untuk menjadi smart city. Dalam tulisan ini akan disampaikan bagaimana memulai smart city dengan frame yang sangat sederhana, yakni membangun smart city dengan memperhatikan tiga aspek : manusia, tata cara dan teknologi. Atau People, Procedure dan Technology. Bagaimana mendorong kombinasi tiga hal ini menjadikan sebuah kota sebagai smart city ?

Gambar 1. Frame Membangun Smart City

Dalam sebuah seminar yang membahas Smart City di Surabaya bulan lalu, salah seorang penanya menggebu-gebu bertanya kepada narasumber, "kota saya berdekatan dengan sebuah kota yang sangat smart - hampir semua award smart city diraih kota tetangga - saya jadi malu tinggal di kota saya. bagaimana kami harus memulai agar segera menjadi smart city ?"  Ini adalah pertanyaan yang menarik, karena hampir semua narasumber memaparkan implementasi dan manfaat smart city di masing-masing kotanya, tanpa menceritakan bagaiaman memulainya.


Warga tinggal SMS atau telepon, sampah diambil