Tanjungpinang adalah ibukota provinsi Riau Kepulauan di pulau Bintan. Sebagai ibukota provinsi tentu menjadi penting untuk dikunjungi untuk memastikan layanan digital telekomunikasi dapat berjalan dengan baik dan berkesinambungan.
Bertemu dengan orang-orang kunci yang menjalankan layanan di Pulau Bintan. Unit pasang baru layanan, unit pemeliharaan jaringan dan unit network, serta Kepala Kantor.
Pertama yang dilihat adalah genset, generator listrik cadangan apabila catuan listrik dari PLN tidak mengalir. Ada beberapa lapis untuk pengamanan catuan listrik di Bintan ini, karena kita menyadari apalah artinya layanan konektivitas digital terbaik kalau sistem catuan listriknya tidak aman.. iya kan?
Berikutnya adalah gudang material pasang baru.. cek perangkat dan material pasang baru untuk memastikan sesuai standar yang berlaku. Termasuk role play, bagaimana teknisi melakukan pasang baru. Saya meyakini bahwa kualitas terbaik layanan akan lebih awet apabila sejak pasang baru material dan instalasinya dikerjakan dengan baik. Beberapa hal seperti cara instalasi dan penggunaan tool untuk pemeliharaan perlu diluruskan kembali. Ini merupakan hal yang penting dengan mempertimbangkan kemudahan dan percepatan dalam proses recovery layanan, dan yang lebih luas lagi adalah meningkatkan usia perangkat jika diberlakukan dengan benar.
Memang teknis pasang baru dan penanganan gangguan merupakan masalah operasional yang penting yang terkait dengan pertimbangan yang luas dan menyeluruh, baik ke pelanggan maupun ke penghematan biaya capex / opex oleh perusahaan.
Suasana briefing pagi
Menambah wawasan teman-teman di Tanjungpinang, menekankan hal penting kepada SDM agar memahami bahwa kita perlu melayani dengan kualitas terbaik sehingga perusahaan terus menjadi pilihan masyarakat. Ingatkan teman kita, ingatkan team kita. Setelah berdoa, selain cek alat kerja juga lakukan roleplay bagaimana bertemu dengan pelanggan.
Persaingan di Tanjungpinang juga cukup ketat, dengan masuknya operator layanan konektivitas digital yang baru. Namun dapat ditegaskan bahwa kualitas layanan terbaik akan membentuk perspektif jangka panjang yang positif dalam hubungan dan kepercayaan pelanggan sehingga yang sekarang pindah ke operator lain akan kembali ke kita lagi.
Dalam kesempatan ini disampaikan materi perkembangan teknologi (digital), kapabilitas dan fitur-fitur kuncinya, serta aplikasinya dalam berbagai situasi bisnis yang mungkin diterapkan di Pulau Bintan. Di antaranya digital connectivity - prasyarat dan cara penggelarannya, digital platfrom seperti data center, dan aplikasi-aplikasi smart city yang bisa dimanfaatkan.
Hal yang penting juga, ketika menawarkan digitalisasi ke pelanggan, kita juga sudah menggunakannya. Ini adalah aplikasi digitalisasi sistem pelaporan kondisi alat produksi yang bisa diinput oleh siapa saja (karyawan maupun non karyawan) dan dengan mekanisme ticketing tindaklanjutnya dapat ditelusuri dan dilihat oleh inputer. Pelaporan dapat berupa alat produksi yang tidak terkunci, miring, tidak rapi, membahayakan orang lain, dan sebagainya. Dengan aplikasi ini dapat diukur kepedulian kita terhadap alat-alat produksi baik yang di luar gedung maupun yang di dalam gedung. Sesi ini telah mendorong pemanfaatan teknologi (digital) untuk meningkatkan nilai dan citra Perusahaan, memperluas pasar dan produk sesuai keunggulan kompetitif yang dimiliki Perusahaan. Saya meyakini jika semua karyawan peduli kepada alat produksi, maka keunggulan perusahaan lebih membaik.
Mie Lendir .... makanan khas Tanjungpinang ternyata rasanya lezat lho. Cocok buat sarapan bersama teknisi.
Jangan lupa mampir ke Penyengat. Kira-kira jaraknya 2.4km dari pulau Bintan, kalau naik kapal boat sekitar 10 sampai 15 menit. Walau di sini belum ada layanan fiber optik, suatu saat pasti membutuhkan, dan perlu dipersiapkan sejak dini.
Kebetulan di sana ada pak Hambali, salah satu pensiunan yang sering menjadi guide untuk menjelaskan potensi dan tempat-tempat menarik.
Di Penyengat ini ada makam pembuat Gurindam Duabelas. Gurindang Duabelas ini berisi nasehat yang karena berupa puisi yang ditulis sekitar tahun 1847 ketika Raja Ali Haji berusia 38 tahun. Mengapa berupa puisi, tentunya agar lebih mudah diterima oleh masyarakat luas. Inilah Gurindam Dua Belas, karya Raja Ali Haji.
Gurindam fasal yang pertama dan yang kedua.
Gurindam fasal yang ketiga dan keempat
Gurindam fasal yang kelima dan keenam
Gurindam fasal yang ketujuh dan kedelapan
Gurindam fasal yang kesembilan dan kesepuluh
Gurindam fasal yang kesebelas dan keduabelas.
Menuliskan nama di buku tamu makam .. Besok-besok kalau ke sini lagi coba cari nama yang ini lagi... :)